Sunday, August 17, 2014

Inspiring woman

It's so precious to get a chance to meet her. She make me realize that success can be reached even on the first time we fell down. She teaches me how to wake up. Though she doesn't know that I was being inspired by her, but every single part of my study I always remember her way to get what she wanted.

Mungkin tidak semua orang seberuntung saya, bertemu dengan "pembuat sadar" saya dalam melakoni studi saya. Sampai di semester 2 ini saya memang banyak sekali melakukan kesalahan sehingga saya kurang maksimal dalam studi dan karir saya. Saya masih suka "nyleneh" dan kurang perhatian dengan kehidupan saya sekarang. Padahal waktu-waktu inilah yang akan menentukan bagaimana kehidupan saya kedepannya. Bukan tidak percaya dengan campur tangan Tuhan, tapi saya yakin jika dengan usaha yang sungguh-sungguh dan kekuataan do'a, Tuhan tidak akan "pelit" untuk memberi apa yang kita butuhkan dan inginkan.

Saya sadar, selama 2 semester pertama ini saya sering membuang waktu saya dengan sia-sia. Saya jarang belajar, saya lebih mementingkan hal-hal yang tidak penting sebenarnya. Saya suka lupa, bahwa saya masih dibiayai orangtua saya, saya lupa bagaimana cara membalas biaya yang telah dikeluarkan bapak dan ibu saya.

Hingga akhirnya, akhir-akhir ini saya seperti mendapat cambukan dari apa yang telah saya perbuat selama ini. Banyak hal yang membuat saya terpuruk, jatuh. Kadang saya lupa bagaimana untuk bangkit kembali.

Hari ini, saya membuka sosial media. Ada satu hal yang menarik, ada postingan dari dia, inspiring woman. Lalu saya cari tahu tentang dia karena saya sudah lama tidak bertemu dengan dia. Dia sudah menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjananya dengan predikat cumlaude yang tidak sembarangan! Dengan ipk yang mendekati sempurna, dia berhasil lulus dengan membawa segerombolan pengalaman menariknya selama kuliah. Dia punya karir dimana-mana, relasinya luas, tapi satu yang sampai sekarang saya masih tidak habis fikir tentangnya. Kerendahan hatinya yang membuat saya tertohok dan malu. Saya sangat malu dengan diri saya sendiri, saya minder dengannya. Saya, yang belum bisa apa-apa sudah suka sombong dan lupa diri. Ah, saya menyesal.

Saya mengenalnya sudah sejak SMA, dan sejak pertama bertemu saya sudah mulai terinspirasi dengannya. Dia begitu beda di mata saya. Saya sangat kagum dengan kepribadian dan kerja kerasnya.

Terimakasih ya mbak, sudah menjadi inspirasi saya. Saya berharap saya bisa seperti mbak yang sangat luar biasa itu. Saya ingin seperti mbak yang bisa membahagiakan orang tua dan tidak membebani orang tua. Do'akan saya agar semester ke depan saya tidak malas lagi.