Wednesday, November 26, 2014

Jangan

Jangan tuntut aku untuk memerhatikanmu!
Karena arah pandanganku akan selalu mengarah kepadamu.

Jangan tuntut aku untuk mengertimu!
Karena aku tahu mengertimu bukan hal yang sulit untukku.

Jangan tuntut aku untuk berada disampingmu!
Karena tak ada sejengkal jarak hatiku denganmu.

Jangan tuntut aku untuk selalu ada!
Karena bersamamu, selalu, adalah hal terbaik dalam hidupku.

Jangan tuntut aku untuk mau mendengarmu!
Karena setiap ceritamu sudah menjadi sebagian dariku.

Jangan tuntut aku untuk setia!
Karena itu sudah menjadi kewajibanku.

Jangan tuntut aku untuk mencintaimu!
Karena Tuhan sudah mempertautkan hatiku, kepadamu.

Dear no one...

Tuesday, November 25, 2014

Percaya

Hai, selamat malam bagi kita semua, yang percaya bahwa semua akan indah pada waktunya, bukan?

Postingan ini disponsori oleh mereka yang sering tersindir dengan kata sendiri.

Sendiri memang tidak enak, betul?
Makan, makan sendiri... Cuci, cuci sendiri... tidur, tidur sendiri... *ndangdut mode on*

Saya adalah salah satu korban yang paling sering dapet predikat sendiri. Ya, pengalaman itu yang membuat saya akhirnya mengalami hal ini. Sebenernya, sendiri disini itu konotasi nya cuma tentang pasangan. Hahaha lagi-lagi tentang pasangan, saya sudah lelah membicarakan ini sejujurnya tapi ya karena saya gatel banget pengen nulis pas gak ada bahan yaudah akhirnya saya tulis tentang masalah cinca cincaan ini.

Sendiri tidak selamnya menyedihkan kok, gaes. Karena sendiri itu juga bisa dianggap sebagai anugerah. Bagaimana tidak? Saat sendiri, many things you can do without thinking twice. Sendiri juga membuka kesempatan yang lebar untuk melebarkan sayap relasimu.

Sebenarnya, saya kurang setuju dengan kata jomblo yang diperuntukkan kepada saya. Karena menurut saya jomblo itu definisinya orang yang tanpa pasangan tapi dia sangat terlihat mengenaskan. Yang sampe gak mau ngapa-ngapain gitu. Yang tidak punya semangat hidup karena sendiri. Yang terlalu memaksakan diri untuk menemukan yang baru. Kalau saya lebih suka dengan kata single, single bahagia :) Karena konotasinya lebih bagus gitu, single terkesan seperti mereka yang memang mandiri, bukan tidak butuh orang lain tapi tanpa orang lain mereka juga masih bisa jalan, mereka yang lebih tahu tujuan hidupnya mau kemana, mereka yang lebih percaya bahwa urusan itu akan indah pada waktu yang sudah ditentukan-Nya.

Jadi, bagi mereka yang bernasib sedikit sama dengan saya, percaya bahwa kita memang disimpan Tuhan dengan rapi untuk mereka yang juga disimpan Tuhan dalam keadaan sebaik-baiknya. Yang lebih menjadi concern kita sekarang adalah bagaimana kita memantaskan diri untuk mereka yang sedang berusaha juga untuk memantaskan diri.

Jadi, ngle, single. Sudah tahu kan kenapa kalian itu sebenernya istimewa? :)

Thursday, November 13, 2014

Ketika tangan ini tak sanggup merengkuhmu,
izinkan tangan ini menengadah untuk mendo'akanmu.

Ketika bibir ini tak sanggup untuk mengatakan rindu kepadamu,
izinkan bibir ini mengadukan kerinduan ini kepada-Nya.

Ketika hati ini tak sanggup menanggulangi rasa yang menggebu-gebu kepadamu,
izinkan hati ini selalu terkait kepada-Nya agar rasa ini menjadi halal nantinya.

Saturday, November 8, 2014

Dare to be myself!

Saya takut. Ketika orang memandang saya sebelah mata.
Saya takut. Omongan orang lain yang negatif tentang saya.
Saya takut. Semakin banyak orang yang membenci saya dan kehidupan saya.
Saya takut. Mereka berkata yang tidak benar tentang saya.
Saya takut. Cibiran dan cacian mereka.
Saya takut. Saya mulai kehilangan kepercayaan orang lain.
Saya takut. Sendiri, sepi, sunyi.
Saya takut. Kehilangan rasa percaya diri saya.

Sadar atau tidak sadar, terlalu banyak ketakutan saya tentang "apa yang mereka katakan dan lakukan". Semakin kesini, ketakutan itu semakin menjadi-jadi. Ketakutan itu perlahan merubah pola pikir saya. Saya menjadi mudah tersinggung, mudah kecewa, mudah marah, mudah curiga.

Tapi, kini saya mulai menyadari bahwa mereka akan selalu ada dan menghantui kehidupan saya. Jika saya hanya terbelenggu dalam rasa takut dengan mereka, saya tidak akan berkembang, saya tidak akan menjadi manusia yang maju. Kesadaran saya semakin bertambah ketika saya berada bersama mereka. Saat mereka membutuhkan saya, mereka bermanis-manis kepada saya. Tapi di belakang? Saya pun juga tak tahu. Sehingga saya bisa menyimpulkan bahwa "haters always be haters, and if you just stuck and think about what they say, it sucks. You'll never be better by listening what they say. Please, be yourself."
I love being who I am.
Because I know myself well.
And I know that haters gonna be haters.
They just give too much comment.
Not comment anyway, just trying to find our fault.

Sunday, November 2, 2014

Saya dan Kehidupan Kuliah

Selamat malam!

Sekarang saya sudah memasuki tahun kedua di Teknik Kimia, dan setidaknya saya sudah sedikit punya pengalaman berkuliah disini. Saya ingin cerita tentang beberapa pengalaman saya kuliah. So, check this out!

Kuliah di Teknik Kimia, sudah menjadi salah satu impian saya setidaknya selama saya kelas 2 SMA. Walaupun sebenarnya saya tidak punya alasan yang kuat untuk mengenyam ilmu di teknik kimia tetapi bapak saya mendorong saya untuk kuliah di teknik karena mungkin bapak saya melihat saya mampu dan saya bisa berkembang disana. Oke, saya ikuti saran bapak dan saya bertekad bulat untuk kuliah di Teknik Kimia.

Alhamdulillaah, Allaah mengabulkan keinginan saya dan saya diberi kesempatan untuk berada disini, Teknik Kimia UGM. Mungkin emang beda sih ya universitasnya dengan apa yang saya cita-citakan sebelumnya. Tapi saya sangat bersyukur karena Allaah menjadikan saya orang-orang yang beruntung karena masih banyak yang sebenarnya juga ingin berada disini tapi Allaah memiliki kehendak lain. Dan mulailah kehidupan baru saya, bersama lingkungan baru, orang-orang baru, dan banyak hal yang baru disini.

Semester pertama, saya tidak terlalu disibukkan dengan kehidupan non-akademis saya. Saya kuliah ya kuliah saja. Tetapi di semester pertama saya mendapatkan pressure yang luar biasa besar, saya sangat minder bertemu dengan mereka-mereka  yang sangat expert di setiap mata kuliah, sedangkan saya? Jujur, saya masih mematok diri saya seperti saya jaman SMA dulu yang masih dipermudah kehidupan akademisnya dengan mengikuti les disana-sini sehingga saya masih kurang belajarnya. Selama semester 1 saya juga tertekan karena saya sangat-sangat tidak dapat memahami isi dari mata kuliah yang diberikan. Saya hanya "let it flow" saja. Saya sudah banyak mengeluh di sosial media, di rumah, dengan teman lama saya, dan banyak yang sudah mendengar keluhan saya tentang susahnya kuliah di Tekim. Hal itu diperparah dengan hilangnya satu persatu mahasiswa baru di Teknik Kimia yang memilih untuk meneruskan studinya di tempat lain. Saya sempat tergoda juga karena waktu itu sebenarnya saya juga diterima di salah satu Sekolah Tinggi yang punya nama di Indonesia. Tetapi secara tersirat orangtua saya lebih setuju kalau saya meneruskan studi saya di Teknik Kimia. Jadi, saya mengikuti keinginan orangtua saya dengan berpikir bahwa ridho orangtua adalah ridho Allaah jadi saya ingin apapun yang saya lakukan diridhoi oleh Allaah SWT.
Hasil di semester 1 memang sesuai dengan hasil yang saya tempelkan di dinding kamar saya. Alhamdulillaah :) Walaupun saya tau target saya beserta hasil yang saya dapatkan itu masih jauh dari teman-teman saya. Bagaimana tidak? Teman saya satu angkatan saja ada sekitar 7-8 yang mendapatkan hasil sempurna alias IP 4. Sedangkan saya? Target saya saja masih dibawah predikat cumlaude. Tapi yasudahlah, mungkin saya yang salah karena masih tidak pandai bersyukur.

Semester kedua, mulai menjajal kehidupan berorganisasi di kehidupan perkuliahan. Menyibukkan diri dengan banyak hal yang sebenarnya tidak lebih penting dari kehidupan akademis saya. Bertemu dengan praktikum dengan seabrek laporan yang harus dikumpul setiap minggunya. Tapi dengan berani saya menaikkan target hasil saya. Ya, terlalu berani mungkin. Tapi target saya masih tidak dibarengi dengan usaha saya. Saya malu sebenarnya, tapi saya sedikit merasa lebih bisa dibandingkan semester sebelumnya. Tapi, Allaah berencana lain. Hasilnya malah turun. Tidak lagi sesuai keinginan. Menyesal? Ya. Tapi saya mencoba lebih ikhlas. Mungkin ini memang sebuah cambukan untuk saya yang suka menyepelekan sesuatu. Saya tahu, Allaah punya rencana.

Sekarang saya sedang memasuki kehidupan di semester tiga dimana kehidupan akademis makin kompleks dan dibarengi dengan kehidupan organisasi yang menuntut saya untuk lebih pintar membagi pikiran, waktu, kesehatan saya sendiri. Saya sedang mencoba menaikkan usaha saya. Saya berharap banyak di semester ketiga ini. Semester yang bisa dibilang "lingkaran setan"nya tekim.

Ini sudah tahun kedua saya berada disini, Teknik Kimia. Kalau tentang apa yang dipelajari saya yakin masih banyak artikel yang lebih bagus dan paham betul materi yang harus dikuasai sebelum mendapat gelar S.T dari jurusan ini. Tapi, selama ini yang saya rasakan adalah kehidupan perkuliahan disini memang berat, persaingan tinggi, bahkan tidak jarang terjadi "saling sikut" antara satu orang dengan yang lainnya. Tapi disini, atmosfer "dituntut untuk belajar"nya sangat tinggi sekali. Dimana-mana bakal ada pemandangan kelompok-kelompok belajar. Tidak jarang sampai malam pun masih ada pemandangan seperti itu di dalam kampus.
Memang, teman untuk diajak belajar berkelompok sangat diperlukan disini untuk tetap bertahan. Dan sekarang saya sedang proses untuk menemukan teman yang cocok untuk mau menerima saya dan saling belajar bersama dengan saya.
Do'akan saya ya, semoga saya bisa menyelesaikan perjuangan saya yang sudah berjalan sekitar 1/4 dari keseluruhan tantangan yang harus saya selesaikan disini dengan baik.