*membuka lagi blog yang sawangan ini*
Hai!
Udah lama ya saya gak coret-coret di blog saya yang mungkin gak ada yang baca... *kemudian hening* *kemudian baper*
Soalnya beberapa waktu ini saya sedang pusing dengan kehidupan akademis saya, mengutip dari blog teman saya, ia mengatakan bahwa "kuliah di tekkim emang harus strong banget", nah itu sebabnya saya dah lama gak buka blog kesayangan saya ini.
Btw, saya baru aja selesai UTS semester 5 lho. Iya, semester 5. WHAT?! Semester 5?! *nada sok syok* *padahal yo dah tau lama*.
Semester ini mungkin menjadi pijakan pertama saya dalam menapaki masa-masa "mahasiswa (hampir) tingkat akhir", masa dimana saya sudah (hampir) mulai mencicipi yang namanya tugas akhir. Masa dimana saya sudah harus sadar bahwa hidup di tekkim ini sudah tak lama lagi (aamiin) dan memasuki fase baru dalam kehidupan saya yaitu bertanggungjawab atas ilmu yang telah saya timba selama saya mengenyam dunia pendidikan, ya istilahnya kerja, terus dapet jodoh, terus nikah, terus... *malah kemana-mana*.
Ya, fase itu sudah hampir ada di depan mata, dimana fase itu dulu pas masih jadi mahasiswa baru rasanya masih jauuuuh banget. Eh, gak taunya sekarang udah deket banget, huft.
"Terus, sebenernya ini apa sih yang mau dibahas?"
"Hm, mengenai tiga tugas akhir di tekkim?"
"Seru sih, tapi kayaknya udah mainstream."
"Terus?"
"Yaudah ikutin aja tulisan ini."
Gak seperti pada umumnya jurusan yang tugas akhirnya berjudul skripsi, kami, mahasiswa teknik kimia memiliki tiga tugas akhir di teknik kimia. TIGA *perlu di capslock* tugas nya adalah penelitian, kerja praktek dan perancangan pabrik kimia. Penelitian ini memakan waktu sekitar 1 tahun untuk menyelesaikannya dari pembuatan proposal, bolak balik di revisi dosen pembimbing, mulai penelitian, sampai pada akhirnya pemaparan hasil penelitian yang disebut seminar. Lalu kerja praktek yang memakan waktu bersihnya sih sekitar 1-2 bulan untuk di lapangannya, tapi waktu kotor untuk pengajuan, diseleksi, belum ntar kalau ditolak, ngajuin lagi, ntar kalau sudah selesai masih bikin laporannya. Hm, kalau dihitung-hitung memakan waktu banyak nih. Yang ketiga, gongnya adalah perancangan pabrik kimia, ini nih perbedaan "skripsi" kami dengan jurusan lain. Saat yang lain sibuk observasi, nyebar kuisoner, meneliti, kami sibuk menghitung tinggi menara distilasi, kondisi operasi pada reaktor, kecepatan fluida mengalir, fixed cost pendirian pabrik dan gaji karyawan. Luar biasa.....
Nah, di semester 5 ini saya sudah mulai sedikit menyentuh salah satunya, yaitu penelitian walaupun masih dalam tahap mendapatkan dosen pembimbing dan partner penelitian. Penentuan dua hal tadi itu juga gak serta merta "eh kamu mau gak jadi partnerku?" "Iya mau" dan yak selesai. Tidaaak. Mencari dosen pembimbing pun juga tidak sekedar "permisi Bapak, apakah Bapak mau jadi dosen pembimbing penelitian saya?" "Oh, boleh saja." Dan deal, jadi. Bukan, bukan gitu.
Untuk mencari partner ini, kita harus benar-benar selektif *ceilah selektif gaya lo*. Maksud selektif ini bukan dari kecerdasan seseorang, kemampuannya, bukan. Tapi dari kecocokan masing-masing orang juga. Karena partner ini akan bekerja bersama dalam 8 bulan-an, jadi jangan sampai ada baper di antara kita. Takutnya kalau tidak cocok bisa putus di tengah jalan dan harus mengulangi lagi penelitian dari awal dan hal itu bisa menghambat kelulusan kita, lebih susah kan daripada nyari pacar? *ups *yang ngomong ja ndak punya.
Kemudian untuk dosen pembimbing, pasti ada kan dosen favorit dan dosen yang dihindari? Padahal satu dosen hanya boleh membimbing 2 mahasiswa saja (untuk yang mulai penelitian semester 6), kalau terpaksa ya sampai 3. Terus cara penentuannya bagaimana? Ini nih yang seru, sistem kocokan. What? Kayak apa tuh?
Jadi, kami yang mau penelitian awalnya disuruh mengumpulkan formulir penelitian beserta dosen pilihan 1 dan 2. Setelah itu, pilihan kami direkap oleh Tata Usaha. Kemudian, kami dikumpulkan dalam satu ruangan untuk mengetahui dosen a peminatnya berapa, dosen b berapa. Jika seorang dosen itu dipilih oleh lebih dari 2 orang nah mulailah sistem "ambil undian" terjadi. Yang menang ya dapet dosen itu, yang kalah ya.... apa boleh buat, harus mencari nama dosen baru, itupun harus menunggu nama dosen siapa yang belum dipilih atau baru membimbing 1 mahasiswa. Nah, tiap dosen mempunyai 1 judul penelitian sehingga yang mendapatkan dosen yang sama otomatis mereka menjadi partner.
"Lah, terus partnernya bisa berubah dong dari pembentukan awal?"
Yap, benar sekali! Partner yang awalnya terbentuk dan sudah deal, bisa saja lenyap hanya dalam waktu 1 menit untuk mengambil undian. Sehingga harus lagi menyesuaikan diri dengan partner yang baru, itu kalau dapetnya yang udah deket sih gak masalah, kalau dapet yang awalnya gak deket, atau malah dapet kakak angkatan? Ya, ini salah satu pembelajaran "hidden curriculum" dari tekkim, belajar menyesuaikan diri dengan siapapun kita bekerja kita harus profesional dan berusaha menyeimbangkan antara satu dengan yang lain.
Nah, itu tadi secuil kisah saya yang sebenarnya gak kalah sih pas kocokan tapi dapet partner yang salah satunya belum kenal. Do'akan ya kedepannya penelitian saya bisa lancar dan bisa segera menyelesaikan dua tugas (akhir) lainnya sebelum akhirnya officially dapet 2 huruf baru di belakang nama :)
"Karena nantinya kami yang dididik menjadi engineer ini akan bekerja dengan banyak orang dan belum tentu sesuai dengan harapan kita, sehingga perlu menyesuaikan diri dan saling menyeimbangkan."
No comments:
Post a Comment