Kita memang diajarkan untuk selalu bersyukur.
Tapi, apakah boleh sesekali kita mengasihani diri sendiri?
Bukannya masing-masing orang memang diberi ujian?
Dan bukankah kita tidak bisa menghakimi mana ujian yang lebih sulit dari yang lain?
Apa iya Tuhan memberi level ujian?
Kenapa tidak diasumsikan bahwa Tuhan bukan memberi level, melainkan diberi-Nya ujian berdasarkan kemampuan.
Bukan kemampuan yang bisa diperbandingkan satu sama lain.
Tapi kenapa diri ini rasanya masih tidak bisa terima bahwa diri ini seperti tidak diberi ujian dengan melihat sekitar yang sepertinya ujiannya lebih berat dari kita?
Lalu diri kita mengecilkan masalah kita sendiri dengan membandingkan bahwa ujian orang lain lebih sulit?
Padahal yang satu ujian matematika, satunya ujian musik?
Bolehkan Tuhan untuk sesekali menangis karena masalah yang dianggap sepele ini?
No comments:
Post a Comment